8/09/2011

Mengenal Alergi Rhinitis

Pernahkah anda mengalamai gejala bersin-bersin disertai rasa gatal pada hidung, hidung tersumbat dan keluar cairan encer (ingus) dari hidung ? Bila pernah, Mungkin anda menderita alergi rhinitis.
Alergi Rhinitis adalah salah satu penyakit hidung kronis yang sering dijumpai di masyarakat. Penyakit ini menyerang semua usia, remaja dan dewasa muda (usia produktif). Angka kejadiannya menurun seiring bertambahnya usia. Alergi Rhinitis biasanya dijumpai bersamaan dengan penyakit alergi lain, seperti asma dan dermatistik stopik, dan polip hidung. Alergi Rhinitis sifatnya kumat-kumatan sehingga sering mengganggu kualitas hidup. Aktivitas sehari-hari terganggu karena sulit berkonsentrasi, sering disertai dengan sakit kepala, gangguan tidur, emosi, buang ingus berkali-kali dan harus membawa sapu tangan atau tissue kemana pergi.
Alergi Rhinitis disebabkan oleh berbagai macam zat alergen pada seseorang belum tentu menimbulkan alergi pada individu lain. Ada beberapa macam alergen berdasarkan cara masuknya, misalnya alergi inhalan, yaitu masuk bersama dengan udara pernapasan, seperti debu rumah, tungau, bulu binatang, dan jamur. Jenis lainnya adalah alergen ingestan, yang masuk melalui saluran cerna berupa makanan, misalnya susu, telur, udang dan ikan. Alergen injektan jenis yang melalui suntikan atau tusukan, misalnya Penicillin dan sengatan lebah. Sedangkan alergen kontaktan adalah jenis alergen yang masuk melalui kontak kulit atau jaringan mukosa, misalnya kosmetik dan perhiasan. 
Gejala alergi rhinitis yang khas adalah adanya bersin yang berulang. Gejala lain adalah keluar ingus jernih (rinore) yang encer dan banyak, hidung tersumbat, gatal-gatal pada hidung, telinga dan mata kadang-kadang disertai dengan banyak air mata (lakrimasi). Alergi Rhinitis tidak menyebabkan gejala demam. Juga dirasakan kelelahan, rasa mengantuk dan tidak enak badan, karena reaksi peradangan/inflamasi dalam tubuh. Alergi Rhinitis sering pula disertai penyakit alergi lainnya seperti asma, urtikaria atau eksim. Selain berdasarkan gejalanya, diagnosis alergi rhinitis memerlukan pemeriksaan tambahan, yaitu pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan fisik dilakukan dengan pemeriksaan rhinoskopi anterior untuk memeriksa mukosa hidung, yaitu tampak mukosa hidung bengkak, basah, berwarna pucat disertai banyak keluar cairan yang encer. Pemeriksaan penunjang dilakukan dengan pemeriksaan laboratorium serta pemeriksaan in vivo. Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah pemeriksaan kadar amunoglobulin (lgE) pada serum, serta hitung jenis eosinofil pada spesimen sekret hidung. Sedangkan pemeriksaan in vivo dapat dilakukan dengan uji kulit (skin test) yaitu prick test maupun patch test. 
Penanganan alergi rhinitis mencakup avoidance (menghindari penyebab), penggunaan obat-obatan, serta imuno terapi. Avoidance adalah menghindari alergen penyebab alergi rhinitis. Hal ini merupakan kunci keberhasilan pengobatan alergi. Upaya menghindari alergen penyebab sering kali sulit dilaksanakan karena menyangkut faktor kebiasaan, gaya hidup, dan perilaku sehari-hari penderita maupun keluarganya. Karena penyebab tersering alergi rhinitis adalah tungai debu, rumah, disamping makanan tertentu, upaya avoidance ditujukan untuk mengurangi keberadaan tungau debu rumah, misalnya dengan memastikan kamar tidur cukup ventilasi dan sinar matahari, menggunakan bantal guling dan kasur busa, lantai tidak berkarpet dan dibersihkan langsung dengan  pel basah (tanpa disapu). Pembersihan perabot dengan lap basah, serta menghindari pemakaian korden dan selimut tebal, serta mengurangi gantungan baju dan hiasan dinding tempat bersarangnya debu dan tungau. Apabila penderita diketahui alergi terhadap makanan tertentu, maka yang berperan sebagai alergen dipantang dan diganti dengan makanan lain yang tidak menimbulkan reaksi alergi pada penderita. Kondisi kesehatan badan ditingkatkan dengan kualitas gizi yang baik, istirahat yang cukup dan olahraga yang teratur. Penggunaan obat-obatan untuk penderita alergi rhinitis biasanya hanya menghilangkan gejala secepatnya hingga penderita dapat kembali melakukan aktivitas. Beberapa macam obat yang dapat diberikan adalah golongan Antihitamin yang dapat mengurangi gejala bersin, hidung berair dan gatal, serta golongan Dekongestan untuk menghilangkan keluhan hidung buntu dan mengurangi pembengkakan mukosa hidung. Obat lainnya yaitu stabilisator mastosit dan kortikosteroid. Apabila avoidance dan pemberian obat-obatan belum berhasil menyembuhkan alergi rhinitis, maka penanganan selanjutnya adalah dengan melakukan imonoterapi. Imonoterapi dilakukan dengan desensitisasi atau hiposensifisasi, yaitu memberikan alergen khusus kepada pasien melalui suntikan berulang yang dosisnya makin meningkat sampai tercapai dosis optimal. Dengan teknik ini diharapkan penderita tidak lagi menunjukkan reaksi alergi apabila terpapar alergen tersebut.  

Related Posts

Mengenal Alergi Rhinitis
4/ 5
Oleh