3/13/2012

Cara Jitu Mengatasi Asma

ASMA merupakan suatu penyakit saluran napas kronis yang berdampak serius terhadap kesehatan masyarakat di seluruh dunia. Salah satu permasalahan yang dialami oleh penderita asma adalah angka kekambuhan yang tinggi.
Penyakit ini dikatakan sebagai penyebab utama atas ketidakhadiran di tempat kerja dan di sekolah. Selain mengganggu kualitas hidup, asma juga tidak dapat disembuhkan, bahkan dapat menimbulkan kematian. Namun bila penyakit ini dikendalikan, kematian dapat dicegah dan gejalanya pun tidak sering muncul. Untuk mengetahui bagaimana cara mengontrol penyakit asma, penderita perlu mengenal asma terlebih dahulu.
Asma adalah penyakit peradangan saluran napas kronik yang menyebabkan peningkatan kepekaan saluran napas terhadap berbagai rangsangan. Kepekaan ini akan menyebabkan munculnya serangan berulang seperti sesak napas, bunyi mengi (ngik-ngik), rasa tidak enak di dada dan batuk terutama pada malam hari atau menjelang pagi. Serangan ini seringkali bersifat sementara, menghilang dengan atau tanpa pengobatan.

Dalam buku Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan Asma di Indonesia yang disusun oleh Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) tahun 2004, menyebutkan untuk mewujudkan tujuan tersebut, dokter maupun penderita asma dianjurkan untuk mempelajari, memahami, dan mengerjakan apa yang disebut "tujuh jurus ampuh untuk mengatasi penyakit asma".
Pertama, penyuluhan (edukasi) mengenai penyakit asma pada penderita asma dan keluarganya. Pepatah mengatakan, "tak kenal maka tak sayang". Ibarat sepasang muda-mudi yang baru pertama berjumpa, tak kan mau menyayangi dan mengorbankan diri, sebelum mengenal lebih jauh pasangannya. Demikian pula dengan penderita asma. Pengenalan tentang seluk beluk asma, bagaimana pengobatan serta pencegahan yang benar, akan membuat penderita dan keluarganya mengerti sehingga termotivasi untuk berusaha kuat mengatasi penyakitnya.

Kedua, menilai dan memonitor keberatan serangan asma. Penderita yang sedang mengalami serangan asma, dibagi menjadi 3 kriteria, yaitu penderita dengan serangan asma ringan, serangan sedang dan serangan berat. Salah satu tanda untuk melihat pembagian berat ringannya serangan adalah dengan melihat cara berbicara. Bila ketika berbicara penderita masih dapat menyelesaikan beberapa kalimat, klasifikasi yang diberikan adalah serangan asma ringan. Saat penderita berbicara dengan suara terputus-putus, maka penderita digolongkan dalam serangan asma sedang. Tetapi jika penderita sudah mengalami kesulitan/tidak dapat bicara karena sesak, maka penderita masuk dalam kelompok serangan asma berat. Penderita yang mengalami serangan ringan dapat diobati sendiri di rumah. Namun penderita yang mendapatkan serangan sedang dan berat harus ditangani di rumah sakit.

Ketiga, mengenali dan menghindari faktor-faktor pencetus asma (allergen). Faktor-faktor pencetus ini dapat berbeda antara penderita yang satu dengan lainnya. Faktor-faktor yang sering dikatakan sebagai pemicu di antaranya adalah faktor alergen, emosi atau stres, infeksi, zat makanan, zat kimia, faktor fisik seperti perubahan cuaca, polusi udara, kegiatan jasmani, dan obat-obatan. Sebagian besar serangan asma dapat dicegah dengan menghindari faktor-faktor pencetus tersebut. Penderita yang "cuek" tak pernah menghindari faktor pemicu akan sulit memperoleh kemajuan dalam pengobatan.

Keempat, mengatasi serangan asma dengan tepat. Rencana penanganan terutama diperlukan ketika serangan asma kambuh, dan penderita membutuhkan pertolongan secepatnya. Penanganan dengan cepat dan tepat dapat dilakukan bila penderita dan keluarganya membuat rencana emergensi secara tertulis bersama dokter, dan mengetahui kapan penyakit asmanya mulai tidak terkendali. Tidak terkendalinya asma mulai tampak manakala penderita dan keluarganya menemukan keadaan-keadaan sebagai berikut : gejala asma semakin bertambah, pemakaian obat pelega (bronkodilator) kian sering, gejala asmanya tidak dapat dikurangi atau dihilangkan dengan obat pelega. Bila keadaan-keadaan tersebut muncul, tindakan harus segera diambil agar penyakit kembali terkendali.
Obat 
Untuk memudahkan penanganan, ada baiknya penderita mengetahui obat-obat asma, baik kegunaan maupun efek sampingnya. Terdapat dua jenis obat asma yaitu, obat pelega (reliver) dan obat pencegahan jangka lama (preventer/controller). Jika terjadi serangan akut, dianjurkan memakai obat pelega (B2 agonis kerja singkat baik dalam bentuk hirup atau pil) setiap 20 menit atau 3 kali dalam satu jam. Jika penderita memberikan respons baik, lanjutkan pengobatan setiap 3 jam selama 1-2 hari. Namun jika penderita memberikan respons yang buruk terhadap pengobatan, segera hubungi dokter atau ke rumah sakit.

Kelima, rencana pengobatan jangka panjang untuk mencegah kekambuhan asma. Pengobatan tidak hanya dilakukan ketika serangan asma sedang berlangsung, tetapi juga saat tidak dalam serangan. Pengelolaan asma saat tidak dalam serangan dilakukan melalui pengobatan pencegahan dan latihan olah raga terpimpin. Penderita asma dengan tipe intermiten (sangat ringan) yang kekambuhannya dalam 1 minggu kurang dari 1 kali, tidak memerlukan pengobatan pencegahan. Namun, penderita asma dengan tipe persisten ringan ( gejala> 1x/minggu), persisten sedang (gejala setiap hari, kadang mengganggu tidur) dan persisten berat (gejala terus menerus, mengganggu tidur, membatasi aktivitas) harus mendapatkan terapi pencegahan secara bertahap disesuaikan dengan klasifikasinya.

Keenam, memantau dan mengikuti perkembangan penyakit penderita asma secara berkala. Hingga kini penyakit asma belum dapat disembuhkan, dan gejala asmanya sering bervariasi. Karena itu pengobatan harus dilakukan seumur hidup dan dimonitor serta diiikuti perkembangannya terus menerus. Hal ini diperlukan untuk melihat cocok tidaknya obat yang diberikan dalam mengendalikan asma. Dokter akan mengevaluasi apakah obat perlu ditambah, dikurangi atau dihentikan.

Ketujuh, pola hidup sehat dan peningkatan kebugaran jasmani dengan olah raga atau latihan jasmani terpimpin. Penderita asma sering mengalami sesak sehingga sebagian otot-otot pernapasan kerap digunakan, sementara sebagian otot yang lain tidak. Otot-otot pernapasan yang banyak digunakan akan membesar dan yang jarang digunakan akan melemah. Akibatnya, efisiensi dan koordinasi pernapasan menjadi kurang baik, fungsi paru serta pertahanan paru pun menurun. Selain itu penderita asma juga terkadang mengalami keterbatasan fisik atau membatasi pekerjaan fisik karena takut sesak, sehingga kebugaran jasmaninya berkurang. Dengan melakukan latihan jasmani secara teratur yang terpimpin, otot pernapasan akan kembali berfungsi normal, kenaikan kapasitas vital paru meningkat dan kebugaran jasmani pun menjadi lebih baik.
Penderita asma dianjurkan agar proaktif dan semangat dalam mengatasi penyakitnya, serta tetap bekerja sama dengan dokter agar tujuan pengobatan asma dapat terwujud. Satu hal yang perlu diingat oleh penderita asma demi tercapainya tujuan tersebut, jangan biarkan asma mengendalikan Anda, tetapi Anda yang harus mengendalikan asma.

Sumber : Bali Post, Senin, 15 Januari 2012. dr. Ni Luh Putu Eka Arisanti

Related Posts

Cara Jitu Mengatasi Asma
4/ 5
Oleh