8/21/2010

Ternyata Ndak Boleh Sering-Sering Minum Susu !


Sobat Netter Artikel ini saya kutip dari salah satu email kawan Saya tertanggal Senin, 29 Juni 2009 Pukul 21:58 Wita. Dari isi emailnya emang sedikit aneh, Nyatanya kok orang minum susu saja dilarang. Bila berminat silahkan ambil waktu Sobat sedikit membaca artikel ini kalau tidak berkenan jangan ada yang marah,ya.
Susu Sapi bukan untuk Manusia. Tidak ada mahluk didunia ini yang ketika sudah dewasa masih minum susu kecuali manusia. Lihatlah sapi, kambing, kerbau, atau apapun; begitu sudah tidak beranak lagi tidak akan minum susu. Mengapa manusia seperti menyalahi perilaku yang alami seperti itu ?
" Itu gara-gara pabrik susu yang terus mengiklankan produknya, " Prof Dr Hiromi Shinya, Penulis buku yang sangat laris : The Miracle of Enzime ( Keajaiban Enzim) yang sudah terbit dalam bahasa Indonesia dengan judul yang sama. Padahal, katanya susu sapi adalah makanan minuman paling buruk untuk manusia. Manusia seharusnya hanya minum susu manusia. Sebagaimana anak sapi yang juga hanya minum susu sapi. Mana ada anak sapi minum susu manusia, katanya.
Mengapa susu paling jelek untuk manusia ? Bahkan, katanya, bisa bisa menjadi penyebab Osteoporosis ? Jawabnya : Karena susu itu benda cair sehingga ketika masuk mulut langsung mengalir ke kerongkongan. Tidak sempat berinteraksi dengan enzim yang diproduksi mulut kita. Akibat tidak bercampur enzim, tugas usus semakin berat. Begitu sampai di usus, susu tersebut langsung menggumpal dan sulit dicerna. Untuk mencernanya, tubuh terpaksa mengeluarkan cadangan "enzim induk" yang seharusnya lebih baik dihemat. Enzim induk itu mestinya untuk pertumbuhan tubuh, termasuk pertumbuhan tulang. Namun karena enzim induk terlalu banyak dipakai untuk membantu mencerna susu, peminum susu akan lebih mudah kena osteoporosis. Profesor Hiromi tentu tidak hanya mencari sensasi, Dia ahli usus terkemuka di dunia. Dialah dokter pertama yang melakukan operasi polip dan tumor di usus tanpa harus membedah perut. Dia kini sudah berumur 70 tahun. Berarti dia sudah sangat berpengalaman menjalani praktik kedokteran terus mondar-mandir diantara dua negara itu. Setiap memeriksa usus pasiennya, Prof Hiromi sekalian melakukan penelitian. Yakni untuk mengetahui kaitan wujud dalamnya usus dengan kebiasaan makan dan minum pasiennya. Dia menjadi hafal pasien yang ususnya berantakan pasti yang makan atau minumnya yang "jelek": benjol-benjol, luka-luka, bisul-bisul, bercak-bercak hitam, dan menyempit di sana-sini seperti diikat dengan karet gelang. Jelek disitu berarti tidak memenuhi syarat yang diinginkan usus. Sedangkan usus orang yang makanannya sehat atau baik, digambarkannya sangat bagus, bintik-bintik rata, kemerahan dan segar. Karena tugas usus adalah menyerap makanan, tugas itu tugas itu tidak bisa ia lakukan kalau makanan yang masuk tidak memenuhi syarat si usus. Bukannya urusannya kecapean, juga juga sari makanan yang diserap pun tidak banyak. Akibatnya pertumbuhan sel-sel tubuh kurang baik, daya tahan tubuh sangat jelek, sel radikal bebas bermunculan, penyakit timbul, dan kulit cepat menua. Bahkan makanan tidak berserat seperti daging bisa menyisakan kotoran yang menempel di dinding usus menjadi tinja stagnan yang kemudian membusuk dan menimbulkan penyakit lagi. Karena itu, Prof Hiromi tidak merekomendasikan daging sebagai makanan, Dia hanya menganjurkan makan daging cukup 15 % dari seluruh makanan yang masuk ke perut. Dia mengambil contoh yang sangat menarik, meski di bagian ini saya rasa, keilmiahannya kurang bisa dipertanggungjawabkan. Misalnya, dia minta kita menyadari berapakah jumlah gigi taring kita yang tugasnya mengoyak-ngoyak makanan seperti daging; hanya 15 % dari seluruh gigi kita. Itu berarti bahwa alam hanya menyediakan infrastruktur untuk makanan daging 15% dari seluruh makanan yang kita perlukan. Dia juga menyebut contoh harimau yang hanya makan daging, larimya memang kencang tapi hanya untuk menit-menit awal. Ketika diajak "lomba lari" oleh mangsanya harimau akan cepat kehabisan tenaga. Berbeda dengan kuda yang tidak makan daging ketahanan larinya lebih hebat. Di samping pemilihan makanan, Prof Hiromi mempersolakan cara makanan. Makanan itu harus dikunyah minimal 30 kali, bahkan untuk yang agak keras harus sampai 70 kali. Bukan hanya bisa lebih lembut, yang penting agar di mulut makanan bisa bercampur dengan enzim secara sempurna. Demikian juga kebiasan minum setelah makan bukanlah kebiasaan baik. Minum itu, tulisnya sebaiknya setengah jam sebelum makan agar air sudah sempat diserap usus terlebih dahulu. Bagaimana kalau makanannya seret masuk tenggorokan ? Nah, ini dia ketahuan. Berarti mengunyah kurang dari 30 kali !. Dia juga menganjurkan agar setelah makan jangan tidur sebelum empat atau lima jam kemudian. Tidur itu, tulisnya harus dalam keadaan perut kosong. Kalau semua teorinya diterapkan, orang bukan saja lebih sehat, tapi juga panjang umur, awet muda, dan tidak akan gembrot. Yang paling mendasar dari teorinya adalah setiap tubuh manusia sudah diberi "modal" oleh alam bernama enzim induk dalam jumlah tertentu yang tersimpan didalam "lumbung enzim induk". Enzim induk ini setipa hari dikeluarkan dari "lumbung"nya untuk diubah menjadi berbagai macam enzim sesuai keperluan hari itu. Semakin jelek kualitas makanan yang masuk ke perut, semakin boros menguras lumbung enzum induk. Mati, menurut dia adalah habisnya enzim di lumbung masing-masing.
Maka untuk bisa berumur panjang, awet muda, tidak pernah sakit dan langsing haruslah menghemat enzim induk itu. Bahkan kalau bisa ditambah dengan cara selalu makan makanan segar. Ada hal yang menarik dalam makanan segar ini. Semua makanan (mentah maupun sudah dimasak) yang sudah lama terkena udara akan mengalami oksidasi. Dia memberi contoh besi yang kalau lama dibiarkan diudara terbuka mengalami karatan. Bahan makananpun demikian. Apalagi kalau makanan itu digoreng dengan minyak. Minyaknya sendiri sudah persoalan, apalagi kalau minyak itu sudaj teroksidasi. Karena itu kalau makanan yang digoreng saja sudah kurang baik, akan lebih parah kalau makanan itu sudah lama dibiarkan diudara terbuka. Minyak yang oksidasi, katanya, sangat bahaya bagi usus. Maksudnya, mengolah makanan seperti itu memerlukan enzim yang banyak. Apa saja makan yang di rekomendasikan ? Sayur, biji-bijian dan buah. Janga terlalu banyak makan makanan yang berprotein. Protein yang melebihi leperluan tubuh ternyata tidak bisa disimpan. Protein itu harus dibuang. Membuangnya pun memerlukan kekuatan yang ujung-ujungnya juga berasall dari lumbung enzim. Untuk apa makan berlebih kalau untuk mengolah makan itu harus menguras enzim dan untuk membuang kelebihannya juga harus menguras lumbung enzim. Prof Hiromi sendiri secara konsekuen menjalani prinsip hidup seperti itu dengan sungguh-sungguh. Hasilnya, umurnya sudah 70 tahun tapi belum pernah sakit. Penampilannya seperti 15 tahun lebih muda. Tentu sesekali dia juga makan makanan yang yang diluar itu. Sebab, sesekali tidak apa-apa. Menurunnya kualitas usus terjadi karena makanan "jelek" itu masuk ke dalamnya secara terus menerus atau terlalu sering Terhadap pasiennya, Prof Hiromi juga menerapkan "pengobatan" seperti itu. Pasien-pasien penyakit usus banyak dia selesaikan dengan pengobatan ilmiah tersebut. Pasien yang sudah gawat dia minta mengikuti cara hidup sehat seperti itu dan sangat memuaskan. Dokter, katanya, banyak melihat pasien hanya dari satu sisi bidang sakitnya itu.Jarang dokter yang mau melihatnya melalui sistem tubuh secara keseluruhan. Dokter jantung hanya fokus ke jantung. Padahal, penyebab pokoknya bisa jadi justru di usus. Adapun yang menggembirakan dari buku Prof Hiromi ini adalah orang itu harus makan makanan yang enak. Dengan makan enak hati senang kalau hatinya sudah senang dan pikirannya gembira terjadilah mekanisme dalam tubuh yang bisa membuat enzim induk bertambah. ( Sumber Jawa Pos, 15 Mei 2009 )

Related Posts

Ternyata Ndak Boleh Sering-Sering Minum Susu !
4/ 5
Oleh