1/28/2013

Kisah Suskes Sudirman Si Pengepul Cacing

Kisah Suskes Sudirman Si Pengepul Cacing

Dengan berbekal timba dan bekatul, Sudirman kecil mengais rejeki dengan mencari cacing laut. Ombak pasang yang datang tak lagi ia takuti demi membantu orangtua mencari nafkah. Kini nama Sudirman dikenal sebagai pengepul cacing laut di Gang Lumba-lumba Selatan Suwung Batan Kendal. Tak hanya Sudirman, Gang Lumba-lumba selatan, Suwung Batan kendal, mayoritas warganya bekerja mencari cacing laut. Mungkin orang jijik  memegang cacing laut, namun Sudirman sudah menggeluti pekerjaan yang belum banyak dipikirkan orang ini sejak usia 11 tahun. Saat memasuki gang ini beberapa lapak pedagang pancing tampak mengisi ruang-ruang gang. Lalu lalng orang membeli umpan menjadi pemandangan biasa bagi masyarakat setempat. Pembeli cacing tak hanya pemancing. Sebagian para pengepul cacing dari luar daerah, membeli untuk dijual kembali. "Menjelang Sabtu dan Minggu antrean pembeli terlihat sejak subuh. Pemancing memilih membeli cacing karena selain murah, mencari cacing sendiri jauh lebih susah," ucapnya.
Sebelum menjadi pengepul sampai saat ini, Sudirman melakoni pekerjaan sebagai pencari cacing laut atau disebut sepingan. Pekerjaan itu ia lakoni selama bertahun-tahun dari usia bocah sampai ia menikah. Kini, Sudirman, tak pernah lagi turun ke laut. Ia cukup menunggu hasil tangkapan cacing para anak buahnya. Awalnya, ia hanya coba-coba mencari cacing laut yang ia jual sendiri."Kok laku, sehari saya mendapat uang Rp 15 ribu sampai dengan Rp 20 ribu," kenangnya. Sejak itu Sudirman kecil senang mencari cacing laut. Saat dijualbelikan, cacing-cacing ini diwadahi bekas air mineral. Satu wadah ia beli dari anak buahnya Rp 4 ribu kemudian dijual kembali Rp 5 ribu. Tidak ada kepastian berapa ukuran satu wadahnya berisikan jumlah dari cacing laut tersebut. Cacing-cacing laut ini memiliki kaki lebih panjang daripada cacing tanah. Tubuhnya merah seperti cacing tanah. Agar bisa bertahan hidup, cacing laut diberikan media pasir yang harus diganti tiap hari. Ia mencari cacing laut di lokasi yang telah ditentukannya sendiri katakanlah di pantai Sumawang-Sanur, Pantai Geger, ataupun di pantai Nusa Dua. Alhasil, Dari mencari cacing laut ini, bapak dua anak, Anang Firmansyah dan Moch. Adam Firmansyah ini kini bisa membuat usaha kos-kosan, membeli tanah dan mobil. Prinsipnya dalam bekerja, jujur dan menjaga kepercayaan pelanggan. 
Sumber; Koran Tokoh, Edisi 28 Januari-3 Februari2013. Penulis oleh ; Tini Dwi Rahayu/Ratna Hidayati

1/25/2013

Tenun Songket Jinangdalem Diambang kepunahan

Balipost, Senin, 15 Desember 2012
Kerajinan tenun songket yang cukup terkenal di Desa Jinangdalem Kecamatan Buleleng, terancam punah. Hal ini dipicu harga bahan yang terus naik, sementara harga songket menurun sehingga minat penenun di desa ini untuk menggeluti usaha tersebut juga ikut turun.
Sementara harga benang untuk bahan baku semakin melambung. Bahkan, banyak penenun yang gulung tikar karena tidak memiliki modal yang memadai. Di samping itu, pemicu semakin turunnya minat penenun berkarya, karena kurangnya perhatian masyarakat untuk melestarikan kebiasan menenun songket sebagai warisan leluhur. Untuk itu, pihaknya berharap kepada pemerintah daerah agar turun tangan untuk memberikan perhatian serius. "Seperti itu kendala yang dihadapi dan kami harapkan tradisi menenun songket bisa kembali bergairah," katanya. Sementara itu seorang penenun yang masih bertahan di tengah kondisi sulit ini adalah Kadek Buda Resini. Dikatakan, belakangan ini hasil tenunannya sering ditawar dengan harga yang cukup murah. Padahal tenun hasil karyanya itu membutuhkan bahan baku yang cukup dan harganya mahal.
Padahal biaya produksi jauh lebih besar dibandingkan harga jual songket. Setidaknya alasan ini yang membuat penenun memaksa menghentikan usahanya. "Kalau punya modal pas-pasan jelas tidak akan bisa berproduksi, sebab songket yang kami hasilkan sering ditawar dengan harga yang rendah. Kain ini kemudian dijual kepada pengepul di desanya dengan harga Rp 500.000 hingga Rp 1 juta. Sedangkan untuk jenis selendang songket dijual dengan harga berkisar Rp 15.000 hingga paling mahal hanya Rp 50.000. Meski ditawar dengan harga murah, Resini tetap meneruskan tradisi yang diwariskan leluhurnya itu.
Dikatakan, hasil menjual kain tenun membantu penghasilan suami yang bekerja sebagai buruh. Selain itu, pekerjaan menenun tetap digeluti karena merupakan pekerjaan sampingan yang tidak pernah dikejar oleh waktu. "Saya tetap bertahan karena memang hobi menenun dan saya ingin mempertahankan tradisi khas Desa Jinangdalem sebagai sentra produksi tenun songket," jelasnya.
Direktori Web Indonesia

1/22/2013

Kuda Ajaib

Kakek Badung mempunyai seekor kuda, kuda tersebut bukanlah kuda biasa. Karena tidak sembarangan orang bisa mengendarainya. Sewaktu Badung bertanya kepada kakeknya tentang mantra untuk mengendarai kuda itu, kakeknya tidak mau memberitahunya, kakeknya terkenal dengan orang yang pelit tetapi pelupa. Secara diam-diam dia melihat setiap hari sewaktu kakeknya sedang mengajak kudanya jalan-jalan. Setelah cukup lama dia meneliti maka didapatkannya suatu mantra yaitu bila ingin menjalankannya ucapkanlah Alhamdulillah bila ingin menyetopkannya ucapkanlah Astaghfulirullah al azim. Keesokan harinya Badung bangun pagi-pagi sekali saat kakeknya sedang tidur lelap, karena dia ingin langsung mencoba mantra yang rahasia itu. Ia segera menaiki kuda tersebut dan mengucapkan alhamdulillah, kuda tersebut langsung jalan, begitu terkejutnya si Badung karena dia baru pertama kali mengendarai kuda miliki kakeknya itu. Badung sudah tidak sabar ingin mencoba kecepatan kuda milik kakeknya, dia lalu mengucapkan alhamdulillah-alhadulillah sebanyak-banyaknya, akhirnya kuda tersebut lari dengan sangat kencang, tanpa disadarinya dia telah merusak kebun milik Pak Saiful yang baru akan ditanami bibitnya. Melihat hal ini Pak Saiful marah dia langsung mengendarai Jib miliknya dan mengendarainya dengan kencang. Si Badung yang melihat Pak Saiful yang mengejarnya, langsung gemetaran sampai-sampai dia lupa mantra untuk memberhentikannya. Tepi jurang tinggal sedikit lagi, Badung bingung harus mengucapkan apa, dia lupa mantra untuk memberhentikan kuda itu. Sewaktu kaki kuda pas di ujung tebing Badung pun mengucapkan Astaghfirullah hal adzim, kudapun dengan segeranya langsung berhenti, Badungpun mengucapkan syukurAlhamdulillah, kuda tadi langsung berjalan lagi dan masuk ke jurang. Glegaaaaarrrrr...   

Komentar pramugari setelah di pecat

"Aku sangat kesal sama bos kita", kata pramugari yang baru saja di pecat dari pekerjaannya."kenapa" kata temannya yang seprofesi, "masak aku hanya melarang anak kecil berlarian di pesawat saja bisa kena pecat", katanya sambil kesal. "Kamu bilang apa sama anak kecil itu" jawab temannya. "aku bilang, heh...heh... nak jangan berlarian di dalam pesawat, sana di luar saja" begitu kataku,"hah..." kata temannya

Kehebatan Ayah Dodi

Tiga orang anak kecil sedang membangga-banggakan kehebatan ayah mereka. Berikut ini petikan obrolan mereka ; 
Budi : Ayahku bisa menirukan suara hewan,hebatkan !!!
Andi : Ayahku lebih hebat lagi, dia bisa memainkan musik dengan meniup daun, iramanya bagus deh, hebat kan !!!
Dodi : Ayahku yang paling hebat, dia bisa bersiul sambil sikat gigi di kamar mandi, hebat sekali kan !!!
Budi dan Andi : Hah...ha.., mana mungkin bisa !!!
Dodi : Itulah hebatnya ayahku !!!
Budi dan Dodi : Hahahahaha.
Robert : Terang aja bisa, ayahmu kan pakai gigi palsu, jadi setiap sikat gigi, gigi palsunya dilepas untuk disikat. 

1/01/2013

Makepung Diusulkan Masuk UNESCO


Makepung atraksi balapan kerbau khas masyarakat agraris kabupaten Jembrana, akan diusulkan untuk diakui UNESCO sebagai warisan budaya dunia. UNtuk mewujudkan hal tersebut, Kamis, tim dari Balai Pelestarian Budaya Bali dan Pusat Kajian Bali Universitas Udayana melakukan verifikasi dan inventarisasi tradisi tersebut. "Verifikasi dan inventarisasi ini merupakan langkah awal, sebelum dilanjutkan ke Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan," kata Dr Ida Bagus Dharmika, MA, selaku ketua tim. Ia berharap, makepung bisa menyusul subak Jati Luwih, Pura Taman Ayun dan Tukad Pakrisan, yang diakui UNESCO sebagai warisan budaya non benda. Menurut Dharmika, melihat sejarah tradisi pacuan pacuan kerbau yang sudah ada sejak tahun 1920 ini, makepung memiliki peluang untuk diakui UNESCO. "Apalagi makepung hanya ada di kabupaten Jembrana. Meskipun banyak budaya lain yang masuk, tradisi ini tetap bertahan hingga sekarang," ujar Dharmika. Dalam verifikasi ini, diundang pengurus sekaa atau kelompok makepung dari tim Ijogading Barat dan Timur, serta Pemkab Jembrana yang mengutus kepala Dinas Dikporaparbud, Nengah Alit. Dharmika mengakui, saat ini pihaknya fokus pada pengisian quisioner dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, serta pengumpulan data dari kelompok dan tokoh makepung . 
Ia juga mengingatkan, usulan agar makepung ini diakui UNESCO sebagai warisan budaya sangat ditentukan oleh aspirasi dari masyarakat luas. Sementara Nengah Alit yang membacakan sambutan Bupati Jembrana, I Putu Artha mengatakan, pihaknya siap memfasilitasi berbagai kebutuhan seperti data dan informasi terkait makepung.
Sumber ; Majalah Bali Promosi, Edisi 7 Desember - 13 Desember 2012.  

Bali Terus Timbangkan Jalur KA


Pemerataan pariwisata di Bali saat ini menjadi salah satu solusi pemerataan kesejahteraan masyarakat Bali, salah satu solusi pemerataan tersebut diharapkan bisa terjadi dengan membuat jalur kereta api. Hal ini dijelaskan oleh Gubernur Bali Made Mangku Pastika yang berharap jalur kereta api bisa diterapkan di Bali. Namun dari hasil kajian studi kelayakan yang dilakukan oleh PT Kereta Api Indonesia (KAI) terhadap rencana pembangunan jalur kereta api yang akan menghubungkan Denpasar dengan kabupaten lainnya di Bali, tampaknya hal tersebut tidak akan berjalan dengan mudah karena dinyatakan belum layak. "Studi kelayakan sementara ini dinyatakan tidak layak karena biaya terlalu tinggi dibandingkan dengan hasil yang akan dicapai. Oleh karena itu, sementara ditunda," jelasnya.
Namun, lanjutnya jika sudah dipastikan Bali layak untuk memiliki jalur kereta api pihaknya siap mencari investor. Dengan adanya jalur kereta api, pemerataan pariwisata bisa terjadi, karena banyak daerah akan memiliki akan memiliki tempat perhentian sehingga memungkan terjadinya pertumbuhan angkutan desa, pondok wisata, dan restoran untuk wisatawan yang akan menggunakan jasa kereta api itu. Selain pembangunan jalur kereta api, pemerataan pariwisata juga diwacanakan dengan pembangunan bandara baru di Buleleng. Wacana yang telah cukup lama dibahas ini menurut Mangku Pastika harus bisa diwujudkan karena sangat besar pengaruhnya untuk pemerataan ekonomi di Bali. Menurutnya, pembangunan bandara baru ini mendesak sebagai bandara alternatif karena tidak mungkin hanya mengandalkan Bandara Ngurah Rai untuk menampung jumlah wisatawan yang kunjungannya terus meningkat setiap tahunnya.

Sumber ; Majalah Bali Promosi, Edisi 7 Desember s.d 13 Desember 2012 

Kamera Helm Tachyon XC Micro

Ingin merekam video saat melakukan aktivitas bergerak dilingkungan terbuka, maka gadget Tachyon XC Micro ini patut disimak. Dilengkapi dengan clip universal yang dapat digunakan seperti untuk dipasang ke helm atapun kaca mata pelindung. Video camera ringkas ini dirancang tahan guncang sekitar 10 meter. Video camera ini dapat merekam video resolusi standar 30fps, dengan lensa kamera yang memiliki sudut pandang 90 derajat, seperti mata manusia. Sebagai media penyimpanan, produk ini mendukung slot memory card microSD yang dapat menampung SDHC hingga kapasitas 32GB. Produk ini cukup ideal untuk yang ingin merekam aktivitas luar ruangan, dengan desain yang tahan guncangan dan tahan air.  
sumber; www.tachyoninc.com dan www.blackxperience.com 

Sistem Absen Face Recognition

Beragam sistem kendali akses atau sistem absensi digunakan, terutama dilingkungan kerja. Beberapa perusahaan atau instansi kebanyakan menggunakan ID Card yang digunakan, baik untuk absesnsi dan membuka akses pintu elektronik, dengan mendekatkan  ID card ke sensor atau menggesek ke sensor, tergantung teknologi yang digunakan. Kendalanya adalah ketika ID card tertinggal di rumah, hilang atau tidak terbawa dan masih tertinggal di meja atau di tas kerja Anda. Bebarapa sistem absensi dan kendali akses lain, kini tersedia tanpa menggunakan ID card, seperti produk ini. Dalam verifikasi pengakses menggunakan sensor dua buah kamera, yang dapat mengenali wajah secara 3D dalam hitungan kurang dari 1 hingga 150 ribu wajah secara 3 dimensi juga tidak dapat dimanipulasi dengan hanya menggunakan foto sebagai pengganti wajah untuk menititpkan absen.